Monday, December 15, 2008

Krisis Ekonomi


Sudah dua pekan saya mengurung diri di kamar. Keluar pun hanya sekedar membeli rokok di warung. Tidak ada alasan rahasia kecuali ketak-ketik sendiri dan mencoba membuat tulisan yang bisa jadi duit. Alasan lain? Karena pekerjaan kuli angkut di pasar sekarang sudah banyak saingan. Ha ha, tapi pernyataan tadi serius lho...

Kalau diingat, diraba dan diterawang. Rasanya sudah beberapa tahun ini hidup saya tak ubahnya seperti ayam. Kadang hari ini makan enak, besok tak tahu. Hari ini bisa merokok, besok belum tahu ngebul atau tidak. Bisa dapat duit untuk tiga hari kedepan, nantinya ya mana ngerti. Semua tergantung takdir dan takdir yang menggantung saya. Selama saya tidak stress dan gantung diri sih rasanya aman-aman saja. Tapi jujur! Saya capek hidup tidak menentu. Sudah banyak kerjaan yang saya geluti. Hasilnya sama sekali tidak memuaskan. Sampai sekarang pun saya masih merindukan kerja P3S (Pergi pagi pulang sore). Tapi entah mengapa sulit sekali didapat. Burung yang nemplok di jendela kamar saya bilang, "Mungkin karena krisis ekonomi global."


Saya tak begitu mengerti soal ekonomi. Apalagi yang namanya global. Saya cuma tahu global itu nama saluran televisi punya Media Nusantara Citra. Tapi ternyata sangat berimbas dalam karir saya. Baik karir kaki lima (kerja di jalanan), kaki dua (kuli rumahan), dan tanpa kaki (Boro-boro kerja). Tiba-tiba saja saya pun terkena imbas krisis ekonomi. Apalagi harga rokok yang kian naik. Kini saya terpaksa membeli rokok ketengan. Atau kadang-kadang menurunkan standarisasi rokok. Misalkan saja: biasa merokok samsu, sekarang berubah jadi Sampoerna kretek. Djarum Super jadi Djarum 76 atau Gudang Garam jadi Bentoel Sejati. Beruntung mulut saya asbak alias doyan segala jenis rokok. Mungkin lewat krisis ini, Tuhan telah memperingatkan saya untuk menjauhi nikotin. Jika itu yang memang sudah digariskan, saya pasrah untuk meninggalkan rokok (Saya tulis ini sambil menyilangkan jari loh).

Krisis ekonomi ini datang seperti jalangkung. Datang tak dijemput, hanya saja sepertinya tak pulang-pulang. Dua bulan ini bisnis reparasi komputer saya anjlok. Layaknya tali kolor yang sudah melar, omzet bulanan pun turun. Biasanya saya bisa makan daging sebulan empat kali. Kini empat bulan terakhir ini saya berubah drastis jadi vegetarian. Nasi, tahu, plus sayur asem. Pertengahan bulan makan nasi, tempe, dan oseng kangkung. Akhir bulan kemarin lebih menyakitkan. Nasi putih hangat plus terasi ABC sachet yang dibakar pake korek api. Oh Tuhanku. Setidaknya jika krisis ekonomi berlanjut, tolong berikan daku pekerjaan baru (Atau setidaknya jangan naikkan harga warnet).
Amin...

1 comment:

Anonymous said...

makanya, kurangin ato ga perlu ngerokok.... udah dari dulu dibilanginnya...!!!
n jangan pernah putus asa gitu dong...ok? semangaaattt!!!