Tuesday, September 28, 2004

Kautamaan Nguseup Alias Mancing

Jang sababaraha mangkeluk nu ngaran jelema, nguseup lauk teh hiji pagawean pangedulan. Tapi ceuk sayah mah, nguseup teh hiji tiwikrama anu pasti jang nguji kasabaran. Pek we tingali lamun nu mancing. Ti gedug subuh tepi ka Maghrib, hayoh we ngasor jejeur jeung eupan. Padahal mah bebeunanganna teu sabaraha.

Buat sebagian mahluk yang namanya manusia, memancing ikan adalah kerjaan orang males. Tapi kalo menurut sayah, mancing adalah satu latihan semedi untuk menempa kesabaran. Coba aja kalo liat orang mancing. dari pagi sampai sore, dia tuh bakal kukuh berkutat sama joran dan umpan. Padahal, dapet ikannya gak seberapa.

Lain jang ngolah kasabaran wungkul. Mancing teh nguji jajaden. Soalna teu seutik tukang nguseup patina boga pangabisa dina ghoib. Coba we urang tempo lamun nu nguseupna di susukan. Pastina, eta di sababaraha gawir mah aya we tempat nu karamat. Loba setan, jin, jeung sajabana. Tah, didinya kawani si tukang ngusep teh kabuktiana. Lamun lumpat samemeh meunang lauk, hartina elmuna teu sabaraha. Tapi lamun di hiji tempat karamat nguseup tepika peuting nungguan kunti atawa buta nembongan, eta mah sakalian neangan nomer jang togel. Meureun...

Bukan cuma latihan kesabaran. Memancing ikan juga arena untuk menguji nyali seseorang. Gak sedikit lo tukang mancing yang punya ilmu prana. Coba aja kalo kita liat orang yang mancing di sungai. Pastinya, di beberapa tempat di sepanjang sungai ada tempat yang angker dan banyak setannya. Nah, kalo dia mancing disitu, trus ngeliat setan dan kabur, sebelum dapet ikan, berarti dia pemancing pemula. Tapi kalo mancing sampe malem nungguin ada kuntilanak atau genderuwo lewat, itu sih dia lagi nyari nomer togel.


Mancing yeuh..

Nguseup ge hiji latihan olah strategi nu pasti. Tukang nguseup kudu bisa ngatur eupan supaya mahi tepika Maghrib. Lamun kitu, pastina manehna kudu ngahemat eupan. Tah lamun di prak-keun kana kahirupan sapopoe. Tukang nguseupmah pastina hade dina ngatur resiko dapur. Kumaha carana sangkan duit gaji teh mahi tepi ka akhir bulan.

Selain itu, memancing ikan juga sebuah latihan buat berhemat. Seorang pemancing biasanya harus menghemat umpan yang dibawanya supaya cukup dipakai sampai sore. nah kalo diaplikasikan di kehidupan sehari-hari, pemancing yang baik biasanya pinter ngolah keuangan dapur. Dia pastinya bisa berhemat supaya duit gaji bisa cukup sampai akhir bulan.

Nah makanya buat para akhwat, wanita alias awewe, carilah jodoh tukang mancing ikan.(OZ)

Monday, September 13, 2004

Musim Hujan di Sahara

Teriakan ini membuat kupingku pengang
Siapa gerangan yang berdendang?
Mungkin hanya fatamorgana
Pada bibir sudah menganga oleh dahaga

Sudah hilang satu-satu kuku dari tanganku
Tak terhenti, tak terbilang
Tatkala peziarah menuju pekuburan batu
Getir tertahan, burung nazar sudah terbang

Dimanakah sembilan jalan yang dulu ramai?
Lembu sudah kehilangan susunya
Tak ada yang tertinggal pagi ini
Sepi dalam keramaian, terhibur dalam kesepian.(OZ)

AS Dimata Kang Ozi

Amerika telah mendominasi di setiap aspek kehidupan bangsa Indonesia. Mode, gaya hidup, sampai produk-produk rumah tangga dan lain sebagainya. Tak dipungkiri, banyak remaja yang begitu mengagungkan sejumlah produk Amerika terutama Amerika Serikat. Tidak sedikit pula yang dulunya remaja juga tergila-gila dengan produk AS. Tidak terbantah pula, saya termasuk di dalamnya.

Bagaimana budaya dan produk AS itu bisa begitu berpengaruh?. Di mata Allen Cronyard--psikolog asal Belanda--AS menawarkan sejuta mimpi. Fantasi yang ditawarkan AS tidak hanya sebatas teknologi dan gaya hidup. Namun hal yang paling menggiurkan dalam sejarah keinginan manusia. AS menawarkan kebebasan. Bahkan, janji akan kebebasan jugalah yang membuat warga Prancis, Inggris, dan sejumlah negara di tujuh benua berbondong-bondong hijrah ke AS sekitar 150 tahun silam.

Kita harusnya mengenali lebih dulu kebebasan apa sih yang ditawarkan Paman Sam ini?. Benarkah AS menawarkan janji manis yang disimbolkannya dengan patung Liberty di New York?. AS tidak benar-benar memberikan kebebasan seperti yang kita kira. Bahkan lebih parah, AS adalah bapak moyang pengekang kebebasan itu. Tengoklah era sebelum tahun 1970 ketika warga kulit hitam seakan dicampakkan ke lumpur rasisme. Hanya karena perbedaan warna kulit, mereka tidak diperlakukan layaknya kaum kulit putih. Jadi, Apakah yang membedakan pemerintah AS kala itu dengaan Nazi di Jerman?. Menurut saya keduanya setali tiga uang.

AS juga simbol pengekangan dan pembunuhan harapan kaum muda. Era Truman, George Walker Bush senior dan Junior, AS telah mencampakkan masa muda para remaja dengan mengirim mereka ke medan perang. Bukan untuk membela negara, namun untuk membela gengsi para presidennya. Truman telah menyeret pemuda AS untuk bertempur di Vietnam. Sedangkan Ayah dan anak Bush telah membunuh para warga AS dengan mengirim mereka ke Irak. Belum lagi bila dihitung korban yang jatuh di dari kubu Vietnam dan Irak. AS telah menjadi simbol egoisme yang sangat dalam.

Bila kini Bush Junior pernah menyatakan AS telah sepenuhnya menjadi simbol kebebasan, ia memang tidak berbohong. Kebebasan tak terkendali telah terjadi di AS. Bebas melakukan tindakan asusila. Harga diri wanita diinjak serendah-rendahnya dengan mempertontonkan aurat dan segala sifat kebinatangan mereka. Membunuh bukanlah hal baru di setiap jalan-jalan raya di AS. Negara ini tercatat sebagai negara dengan tingkat kerawanan dan kriminalitas paling tinggi di dunia. Saya salut dengan kebebasan yang terjadi di AS. Bagi saya, mereka sudah bagaikan binatang buas dalam sangkar emas. Mereka bahkan tidak malu untuk memperlihatkan sisi kebinatangannya.

Bodohnya kita. Segala kebebasan binatang itu kini kita ikuti. Kendati begitu harus diakui, tidak seluruh warga AS adalah binatang. Dan tidak semua produk mereka itu buruk. Toh produk baiknya juga saya pakai kok..!!. Tapinya, tidak semua orang kan bisa memilih mana yang baik kan..?, termasuk saya juga loo...(OZ)

Monday, September 06, 2004

Serigala-Serigala

Kuku dan taring satu-satu, kaku
Siang berganti malam dan tiada berbeda
Mungkin ia telah memberikan wujudnya ketika malam
Ataukah, kita salah melihat ia memakan daging
Sedikit demi sedikit?

Salah menilai adalah wajar
Bukan kini atau nanti, sekarang aku berwujud
Ada langkah yang tak bisa terhenti
Di balik tawa adalah sebuah kesombongan kelompok


Lolongan Serigala

Lolongan sebuah egoisme, benarkah mereka tersenyum?
Mungkin aku bodoh, mungkin diam
Tapi mataku melihat onak, serigala-serigala kelaparan
Tapi, ini sebuah kewajaran

Humanisme dari serigala-serigala
Adakah sebuah keadilan di dunia?
Sejak berpijak, keadilan itu sudah musnah
Buaya yang memperlihatkan gigi tajam
Macan kumbang yang tak mau turun ke tanah
Dan singa yang menyisir rambut di pagi hari
Ini Elegi siang hari, jadi dimanakah para dewa saat ini?

Perlahan para serigala sudah menengadah
Lolongan mereka adalah kemenangan
Kita hanya bagaikan kelinci
Yang mereka makan, setelah puas dipermainkan


Serigala

Manakah kebenaran yang dipegang selama ini?
Semua sudah busuk, kini penuh singgat dan ulat
Serigala-serigala itu tak mungkin pergi
Rintih dan tangis adalah ketololan
Digigiti sekerat, kemudian habis
Oleh serigala-serigala yang mengaku suci
Bertopeng domba, menyeringai kelinci

Tak ada yang lebih memuakkan dari ini.
Mungkin hanya pasrah menunggu angin.
Tidak, kaum dimangsa terlalu lemah untuk membawa kipas
Belum beranjak dari bumi hingga kini
Namun, entah esok hari..!!