Monday, September 06, 2004

Serigala-Serigala

Kuku dan taring satu-satu, kaku
Siang berganti malam dan tiada berbeda
Mungkin ia telah memberikan wujudnya ketika malam
Ataukah, kita salah melihat ia memakan daging
Sedikit demi sedikit?

Salah menilai adalah wajar
Bukan kini atau nanti, sekarang aku berwujud
Ada langkah yang tak bisa terhenti
Di balik tawa adalah sebuah kesombongan kelompok


Lolongan Serigala

Lolongan sebuah egoisme, benarkah mereka tersenyum?
Mungkin aku bodoh, mungkin diam
Tapi mataku melihat onak, serigala-serigala kelaparan
Tapi, ini sebuah kewajaran

Humanisme dari serigala-serigala
Adakah sebuah keadilan di dunia?
Sejak berpijak, keadilan itu sudah musnah
Buaya yang memperlihatkan gigi tajam
Macan kumbang yang tak mau turun ke tanah
Dan singa yang menyisir rambut di pagi hari
Ini Elegi siang hari, jadi dimanakah para dewa saat ini?

Perlahan para serigala sudah menengadah
Lolongan mereka adalah kemenangan
Kita hanya bagaikan kelinci
Yang mereka makan, setelah puas dipermainkan


Serigala

Manakah kebenaran yang dipegang selama ini?
Semua sudah busuk, kini penuh singgat dan ulat
Serigala-serigala itu tak mungkin pergi
Rintih dan tangis adalah ketololan
Digigiti sekerat, kemudian habis
Oleh serigala-serigala yang mengaku suci
Bertopeng domba, menyeringai kelinci

Tak ada yang lebih memuakkan dari ini.
Mungkin hanya pasrah menunggu angin.
Tidak, kaum dimangsa terlalu lemah untuk membawa kipas
Belum beranjak dari bumi hingga kini
Namun, entah esok hari..!!

No comments: