Friday, January 21, 2005

Surat Pada Sang Khalik

Kepada Yth:
Tuhan di tempat yang katanya sangat tinggi

Lampiran : Tak ada
Perihal : Doa

Dengan segala hormat,

Tuhan...
Tolonglah hambamu
Ada monster jahat dalam diriku
Lelah aku kini Tuhan
Aku tak mampu lagi melawan
Dua belas purnama sudah
Asa yang menggumpal telah merayap pergi

Tuhan...
Aku tak mampu berikan kata perpisahan
Perlahan pasti, waktu yang Kau berikan akan habis
Mohon jangan kirim tangan kiri-Mu, untuk saat ini

Tuhan...
Ampuni Hamba-Mu
Wajah iblis telah membutakan mataku
Dan mulai tergoda aku kini
Berikan aku segala anugrahmu
Mohon usirlah neraka itu dari hadapanku

Tuhan..
Kini makhluk-Mu bersujud
Aku masih takut tuk menghadap Engkau

Thursday, January 13, 2005

Dua Dunia

Silakan pergi. Saya memang tidak membutuhkan anda. Mungkin saya akan menyapa dan tersenyum penuh kepalsuan. Selain itu lupakan saja. Saya bagaikan air dan saudara bagaikan minyak. Kita tidak cocok!.

Bumi tempat saya berpijak telah hangus sedangkan anda setiap hari duduk dia atas rumput gemuk yang hijau. Tidak!. Tak usah hiraukan langit hitam di atas kepala saya. Kau cukup bersenang-senang memandang langit biru penuh awan putih di atas batok kepalamu. Bahkan tak perlu perdulikan kursi roboh tempat aku duduk. Toh aku juga tak tergiur dengan sofa hijau empuk penyangga pantatmu.

Kita memang berbeda. Kendati duniamu penuh kebahagian, sumpah serapah orang selalu menghiasi langkahmu. Aku tak bisa mengikuti caramu dan itu sudah cukup. Aku muak menghadapi serigala-serigala berwajah domba. Namun kemana aku hendak memalingkan muka, malaikat-malaikat rekayasa milikmu menjerat kakiku.

Aku bukan orang bijak, nabi, atau Tuhan. Tak perlu kau menuntut dan mempertanyakan adakah keindahan, kesempurnaan, dan kearifan, di dalam kantong celanaku. Bagiku semua sampah. Mana ada keadilan dan kebenaran di dunia ini. Ibarat cerita cinta pangeran dan putri, adil dan benar hanya mimpi di siang bolong. Tak usah kau jabarkan apa itu hak. Sementara kau tidur dirumah, Aku memeras keringat bagaikan kerbau pembajak sawah. Sudah disuruh bekerja, dicambuk pula.

Ah, mungkin ada baiknya kau pergi bersama matahari. Biarkan aku disini mengobrol dengan hujan. Aku takkan perduli karena ini duniaku. Kau boleh bilang kasihan, namun aku akan mengatakan kata yang sama kepadamu. Jadi, silakan pergi!. Jika tidak, maka "Selamat tinggal!".

Tuesday, January 11, 2005

Selamat Jalan 08568532364

Terhitung Rabu, 12 Januari 2005, saya resmi kehilangan nomor telepon genggam yang selama ini telah setia menemani selama dua tahun. Beli nomor baru?, wah gak tau tuh. Mengingat kondisi keuangan yang selama ini terus meradang sih, kayaknya... "Enggak"!. Ada kemungkinan juga saya bakal melego Siemens C-35 yang sudah selama ini menemani sejak kuliah.

Sedih sih mungkin, habis mau gimana lagi. Toh setiap hari saya bakal meringkuk di dua tempat. Di Rumah atau di kantor. Selama masih ada nomor rumah, saya yakin komunikasi bakal "baik-baik saja" (kalau dikutip dari salah satu lagunya Ratu sih..). bagi anda-anda yang suka ber-SMS (short messege service) dengan si daku, maaf. Kayaknya telegram singkat antara kita bakal berhenti.

Selamat tinggal 08568532364.., selamat tinggal juga buat C-35ku tersayang.. Doain aja supaya daku bisa dapet penggantimu walau entah kapan.

Friday, January 07, 2005

Gak Ngerti..!!

Saya tak suka menulis, tapi toh tetap musti nulis juga. Saya benci mengalah, namun akhirnya mengalah juga. Saya benci senyuman palsu, tapi toh basa-basi itu saya lakukan juga. Saya benci orang yang suka menggebrak meja, tapi ternyata saya juga jadi suka menggebrak meja. Saya benci tidak didengar, hingga saya putuskan ogah mendengar orang lain. Saya suka tertawa, tapi kayaknya tak ada orang yang menyukai gelak tawa saya. Saya ogah jadi bulan-bulanan kemarahan, tapi sekarang saya jadi seneng liat orang marah-marah. Saya benci kekerasan dan pembunuhan, tapi kayaknya bunuh orang itu menarik juga. Saya benci duit, tapi ternyata saya juga butuh. Saya benci kerja, tapi ternyata saya harus menghidupi keluarga. Saya benci orang yang banyak menuntut, tapi ternyata saya juga demikian. Saya gak suka orang yang sombong, hee.. saya ternyata juga belagu. Saya gak suka orang sewenang-wenang, tapi daku ternyata juga begitu. Saya benci bohong, ternyata saya juga sering ngibulin orang-orang tertentu. Saya benci orang yang suka mengeluh, tapi kok ternyata saya nulis ginian?.