Tuesday, July 24, 2007

Selamat Tinggal Bekasi

Bernyanyilah lagu sendu. Semua yang terkenang hadir di pelupuk mata. Kamar berdebu yang terlalu indah untuk ditinggalkan. Cinta berlalu, selalu terbawa dalam ingatan. Selamat tinggal dunia lama. Langkahku akan mengayun tiada henti seiring kenangan. Tiada terbuang, selalu disayang...

Wednesday, July 18, 2007

Cacian Kesepian




Tak perlu tanyakan hal sesulit itu. Bahkan bila terjawab oleh sang jenius sekalipun tak akan berguna. Takkan ada yang tahu jalan tercepat menuju nirwana. Bahkan kau akan mencaci saat aku mengais sampah-sampah dari manusia. Samar adalah kata yang tepat untuk menjabarkan kondisi para mahluk tersempurna sekalipun. Bila nanti aku menjawab suratan yang tergenang hujan, toh kau takkan menanggapi.

Asal tahu saja, bila manikam telah kehilangan sinarnya sejak tadi siang. luka yang diderita manusia akan membiru dan bernanah. Ketika mereka saling mencaci borok satu sama lain, sang terkutuk akan tertawa seolah menonton opera komedi. Maka tak usahlah kau indahkan suratan takdir. Bahkan bila kau tahu, hitam akan tetap hitam dalam pandangan matamu.

Suatu saat kau akan mebuang pandangan matamu dariku. Dan aku akan tertawa bahagia dalam cacian dan makian yang terlontar darimu. Aku adalah sang pendusta yang mencabuli dunia dengan cat warna gelap. Kala itu sejuta siksa akan mendera bagi kaum kami. Padahal saat ini hiburanmu adalah daging, arak, dan tontonan indah wanita tanpa busana.

Jalan ini mungkin terlalu sulit bagimu. Terpuruk dalam kemiskinan dan bergelimpang kemunafikan tentu bukanlah pemandangan surgawi. Padahal saat matahari menyinarkan cahaya pelangi kau tak menikmati keindahannya. Manusia bodoh yang mengalihkan pandangan dari alam. Bergelimang alat-alat listrik dan tumbuh diantara batu dan semen. Tak perlu kau indahkan kata-kata kasar yang terlontar dari mulut para pemberontak peradaban. Mereka tak akan pernah mengatakan hal tentang keindahan seperti melihat Yusuf dalam balutan sutra dan permata dari Zulaikha. Dan kami tak perlu persaudaraan Abel dan Kain yang kau tawarkan. Saat ini Kami tersendiri dalam keremangan. Menunggu hingga pagi menjadi malam.

Thursday, July 12, 2007

Wajah Sebuah Bangsa

Tiada kalam yang menjelaskan cerita bagaimana manusia tergolek dalam derita. Karma tak mampu pula menjelaskan hikayat sebuah nada pedih dan suka. Ah, bila begitu akan lebih baik tiada malaikat yang turut menyertai kita. Kata-kata pengorbanan memang pahit diucap dan dilakukan. Bahkan aku tak tahu bagaimana Tuhan menilai kita setiap detik dan menitnya.

Andai saja dunia memiliki satu satria. Namun ternyata banyak pernyataan pahlawan di setiap sudut negara. Kendati demikian, tiada seorangpun yang mumpuni padahal darah mengalir setiap hari.

The image “http://www.csulb.edu/~odinthor/Devil.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.

Terlelap sebuah bangsa dalam keanggunan dan kesombongan. Seolah borok tiada terlihat dalam setiap sejarah. Aku, mereka, dia, takkan tahu mana dimana harus bersandar. Mungkin ada baiknya setan-setan menemani agar kami dapat mengasapi dapur. Tapi entah mengapa itu adalah patokan pasti bahwa jalan ini tercela. Tak perduli alasan, maka derita adalah janji bagi para pendusta Tuhan. Padahal setiap hari kami dicabuli oleh putra-putri raja.

Andaikata kami terlahir kembali, lebih baik jadikan pohon yang menaungi setiap pejalan yang hendak berteduh. Karena kami tahu, ternyata kami tiada diteduhkan oleh penguasa. Padahal doa kami selalu menyertai mereka yang berada di singgasana. Sudahlah... Mungkin memang pada akhirnya kami akan mati. Entah di trotoar jalan atau di atas ranjang. Akan terucap sapaan dari para penguasa melalui lisan kami untuk penghuni neraka. "Mas Iblis, kata juragan saya, salam hormat untuk anda!"

Tuesday, July 10, 2007

Pergi




Kau tidak akan mengerti mengapa aku pergi di pagi buta
Segalanya tampak samar bagimu saat jendela terbuka
Ragaku telah siratkan duka bagimu
Jiwamu telah menaruh luka padaku
Kini biarkan dunia hening
Sesaat kau bangun dari tidur panjang
Tanpa tahu saat kau terlelap, aku telah mengucapkan selamat tinggal
Maka kubiarkan jendela heti tertutup
Jalanku yang panjang telah memanggil
Dalam kesendirian menatap bulir-bulir hujan
Keremangan malam adalah tujuan hidup yang pasti
Jika hari baru tiba kau akan lupakan cerita kita
Sementara malam tiba aku masih teringat tawa kau dan aku
Aku pun akan letih dengan seribu pengharapan
Dalam kesendirian aku akan menafikkan engkau
Dan kau takkan perduli karena angin musim semi datang menyegarkan
Indah yang tak terkata membuat kau berhenti mencari misteri
Mimpi indah baru telah hadir malam ini
Dan kini aku mula mengitung detik-detik kebahagianmu
Tanpa kau sadari betapa lama diam dalam sepi hingga malam hari
Terucap selamat jalan, meski ternyata akulah yang melangkah pergi

CINTA



Jangan kau sebut kata cinta
Bahkan aku tahu kau takkan mengerti maknanya
Dalam bayanganmu cinta adalah mimpi indah dalam tidurmu

Bagimu...
Cinta adalah pernikahan sempurna dengan mas kawin gemerlap
Cinta adalah perjalanan bulan madu indah ke tempat mewah
Cinta adalah suami yang pergi bekerja pada pagi hari dan pulang sore hari

Jika itu adalah cinta bagimu, sebaiknya pikirkanlah lagi
Cobalah bertanya pada kotak kardus dipinggir rel kereta
Seorang wanita muda, pria dan anak kecil
Mereka berpelukan meski hujan membuat atap kardus mereka bolong

Tengoklah sejenak pada cinta yang lain
Seorang pemuda sekarat menanti ajal
Dalam genggaman tangan kanannya sebuah foto dara terhias air mata
Di tangan kiri sebuah undangan pernikahan bersampul warna emas

Lihatlah lebih jelas kini
Seorang pemuda berpakaian tentara
Menanti perang usai dengan harapan indah akan sebuah cinta menunggu saat pulang
Namun tanpa ia tahu
Bunga itu kini tengah menggendong buah hati, sambil menunggu arjuna lain pulang

Kini katakan lagi padaku apa arti cinta bagimu
Bila kau tiada terusik, maka aku bersyukur kau pergi
Mimpi tentangmu takkan mengusik aku lagi kini