Thursday, July 12, 2007

Wajah Sebuah Bangsa

Tiada kalam yang menjelaskan cerita bagaimana manusia tergolek dalam derita. Karma tak mampu pula menjelaskan hikayat sebuah nada pedih dan suka. Ah, bila begitu akan lebih baik tiada malaikat yang turut menyertai kita. Kata-kata pengorbanan memang pahit diucap dan dilakukan. Bahkan aku tak tahu bagaimana Tuhan menilai kita setiap detik dan menitnya.

Andai saja dunia memiliki satu satria. Namun ternyata banyak pernyataan pahlawan di setiap sudut negara. Kendati demikian, tiada seorangpun yang mumpuni padahal darah mengalir setiap hari.

The image “http://www.csulb.edu/~odinthor/Devil.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.

Terlelap sebuah bangsa dalam keanggunan dan kesombongan. Seolah borok tiada terlihat dalam setiap sejarah. Aku, mereka, dia, takkan tahu mana dimana harus bersandar. Mungkin ada baiknya setan-setan menemani agar kami dapat mengasapi dapur. Tapi entah mengapa itu adalah patokan pasti bahwa jalan ini tercela. Tak perduli alasan, maka derita adalah janji bagi para pendusta Tuhan. Padahal setiap hari kami dicabuli oleh putra-putri raja.

Andaikata kami terlahir kembali, lebih baik jadikan pohon yang menaungi setiap pejalan yang hendak berteduh. Karena kami tahu, ternyata kami tiada diteduhkan oleh penguasa. Padahal doa kami selalu menyertai mereka yang berada di singgasana. Sudahlah... Mungkin memang pada akhirnya kami akan mati. Entah di trotoar jalan atau di atas ranjang. Akan terucap sapaan dari para penguasa melalui lisan kami untuk penghuni neraka. "Mas Iblis, kata juragan saya, salam hormat untuk anda!"

No comments: