Saturday, August 18, 2007

Tamu-tamu di Malam Hari



Tamu pertama kuingat singgah di beranda malam itu. Gadis kecil penuh imaji, berselendang kuning berbaju merah. Menari dibuai sinar matahari sore. Bibir mungilnya berdendang, lagu 'Teluk Bayur.' Terbuai aku oleh lenggok gerakanmu, tiada berkedip nyaris terpana. Terbuai jiwa, terbawa marak.(Rw)

Tamu kedua berkunjung membawa senyum berseri. Gadis berkerudung dengan wajah semanis bunga Peoni. Menyapaku dengan buaian sehangat mentari. Tatapannya riang membawa hati gundah menjadi senang. Bersama dia sepanjang waktu membuat hati kian merindu. Bersemi jiwaku kegelapan hilang sudah.(El)

Tamu ketiga mengetuk hati dengan kerlingan mata. Membasuh jiwa dengan lautan gundah. Nurani yang tiada berkata indah. Andaikata terpikat, jiwa raga bagai tersekat. Meski tiada ramah, tiada pula hati menjadi susah. Menatapmu dengan erat, cukup membuat jantungku lekat dengan cinta.(Er)


Tamu keempat menyapa dengan kepolosan. Senyum tersungging ramah, membuat hati merekah. Wajahnya membuat bidadari merasa malu. Andaikata aku dapat menjadi dewa, sembilu untuk bertaut hati denganmu. Namun kau tiada malu. Memelukku tanpa ragu. Membersihan jiwaku dengan lautan kasih. Namun Senja kian merambat lara, kasihku bermuram durja.(Hl)

Tamu kelima menyampaikan salam dengan manja. Membawaku bicara tentang indahnya pegunungan dan kota. Hati nan indah puisi jiwa. Pilu kalbu kau nyatakan keraguan sembilu. Biru hati dalam angan nan maya. Bimbang raga, bimbang jiwa, tiada terkata.(Am)

Tamu keenam tersipu ibarat dewi nirwana. Indah dalam ingatan, bayangan kesturi dalam temaram. Janji sejuta bintang yang kian rapuh. Andai jarak tiada jauh. Jangkar tertambat, perahu berlabuh. Namun tanya seperti air yang selalu mengalir. Adakah swarga pemberhentian diri terakhir.(Ar)

Tamu-tamuku duduk bersenda gurau. Kutuangkan bagi mereka air mata dalam cangkir-cangkir perak. Penganan sederhana dari manis kesetiaan. Namun mereka permisi pergi. Mungkinkah malu bertamu disini? Ragaku memang buruk rupa. Jiwaku hina dina. Rumahku rapuh sudah.

Satu demi satu tamu-tamu meninggalkan pekarangan. Hanya tamu keempat berpisah dengan tangisan. Ia janji bersua, lain kesempatan dalam dunia berbeda. Pergilah tamu-tamu disertai doa. Tiada hati berharap pada penantian. Cukuplah sudah kunjungan hari ini.

No comments: