Tuesday, August 28, 2007

Tiada Pilihan



Tiada yang dapat menjabarkan rasa ini. Kala rembulan menghilang, aku tiada mau bersulang untuk ketiadaannya. Lututku gemetar. Tiada mampu aku melukiskan ketakutan dan kemarahan. Nasib para manusia bertanda hitam telah menjelang.

Tanda dari langit tak mampu melukiskan kegetiranku akan nasib. Saat itulah aku mencoba berlari mencari keramaian. Namun tiada dinyana. Ditengah luapan manusia, dia dan aku bertemu mata. Manusia dengan rambut seputih salju. Hari-hari kami seolah telah ditentukan.

Kami saling berpandangan kaku. Keningnya berkerut seolah bertanya padaku. Yang kutahu, kami telah terpaku takdir. Ketakutanku adalah ketakutannya. Jalan kebodohan yang telah kutinggalkan lima tahun terakhir tak mampu kupungkiri.

Haruskah salah satu dari kami mengakhiri jalan takdir? Jikalau aku mencapai semesta, maka airmataku kupastikan tiada mengalir. Jiwa semuku bertemu malam. Jikalau aku masih menginjak bumi, kupastikan tiada lagi teman untuk bertemu. Iblis telah mengikat takdir. Doaku melayang tiada pasti.

No comments: