Friday, December 10, 2004

Romantis?, Gak Juga...

Kalau bukan karena dia, kau sudah kuhempaskan ke ranjang dan kupeluk dalam-dalam. Namun nafsu itu luruh ketika kau tunjukkan padaku jarum-jarum penanda waktu. Birahi ini harus dihentikan sekarang. Malaikat maut sudah menantiku. Aku harus menyiapkan pakaianku yang terbaik untuk menyambutnya.

Dengan langkah tergesa aku meninggalkan kamarmu. Tak sempat lagi memperhatikan gaun merah muda dan tak terpasang sempurna di tubuh indahmu. Dan kau membisu.

Bayangan dirimu telah hilang saat aku mengenakan jas terbaikku. Liang lahatku sudah terbuka lebar. Aku sudah siap pergi. Perlahan memasuki areal pemakaman kemudianmerebahkan diriku di dalam kuburan. Saat aku memandang ke atas menunggu sang maut wajahmu tiba-tiba ada di hadapanku. Engkau datang di hari pemakamanku. Sungguh manis.




Tanpa ku duga kau turun ke liang berukuran 1 x 1,70 meter tempatku berada. Aku bisa melihat kau mengenakan gaun hitam yang indah. kau memandangku sambil tersenyum "ini brokat tanpa renda," katamu sambil ikut membaringkan tubuhmu disampingku.

Kau dan aku kini saling berpelukan di liang maut menunggu ajal. Saat itulah aku baru menyadari rambutmu begitu indah dan tak layak terkena serpihan-serpihan tanah. Sayangnya aku belum menulis namamu di nisanku. Tapi itu tak mengapa, apalah arti sebuah nama. Saat aku hendak menciummu, El Maut telah datang.

Sunyi senyap. Bulan tampak indah malam ini. Bintang-bintang juga hadir disini. Kini tubuhku melayang menuju langit. Kau disampingku, masih memelukku. Aku berbisik "kita teruskan bercinta di neraka saja".

No comments: